fbpx

Make Your Own Coffee Shop

JAKARTA COFFEE WEEK 2018 PERKENALKAN BERAGAM MEREK BARU DI BISNIS KOPI

JAKARTA COFFEE WEEK 2018 PERKENALKAN BERAGAM MEREK BARU DI BISNIS KOPI

JAKARTA COFFEE WEEK 2018 PERKENALKAN BERAGAM MEREK BARU DI BISNIS KOPI

Suasana pada Jakarta Coffee Week 2016, Sabtu (15/10).

Dilansir dari Bisnis.com, JAKARTA — Kembali menyelenggarakan Jakarta Coffee Week 2018, ABCD School of Coffee berharap pelaku usaha dapat memanfaatkan peningkatan kunjungan hingga 15.000 untuk dapat memperkenalkan merek-merek barunya.

General Manager ABCD School of Coffee Williyanto mengatakan tujuan pertama penyelenggaraan Jakarta Coffee Week (Jacoweek) 2018 adalah untuk menciptakan wadah bagi pelaku usaha untuk dapat lebih mengembangkan bisnisnya.

“Memang tujuan awal untuk mendukung para pelaku usaha coffee shop baru, kita ingin mendukung merek-merek mereka,” katanya, dalam konfrensi pers Jacoweek 2018, Selasa (18/9/2018).

Ditambah, katanya, dengan hadirnya 40 petani dari 15 kota, pelaku bisnis juga akan dapat mendapatkan informasi terkait produksi kopi Indonesia.

Di samping itu, Williyanto juga berharap 1.200 murid didikannya juga dapat menggali informasi dan saling mengenali potensi bisnis masing-masing.

Adapun, sejak 2014–awal berdirinya ABCD Scjool of Coffee–, jumlah murid didikannya telah mencapai 1.200 orang, angka tersebut terus bertambah 20 orang per minggunya.

Dihubungi terpisah, Founder Coffeland Indonesia Micko Irawan mengatakan dirinya mengapresiasi penyelenggaraan Jacoweek 2018. Menurutnya, tidak hanya pelaku usaha, tetapi konsumen juga akan dapat mendapatkan informasi yang lebih baik mengenai kopi.

“Semakin banyak orang tahu, khususnya tahu kopi biji, masyarakat akan lebih terdidik dan bisa beralih dari kopi saset,” katanya.

Di samping itu, Micko menjelaskan, bisnis coffee shop cukup menjanjikan, bahkan rata-rata pelaku usaha dapat meraup keuntungan 30% hingga 40% dari total omzet didapat.  Hal tersebut, menurutnya, menjadi motivasi tersendiri bagi banyak pemilik modal untuk berinvestasi pada coffee shop. Hanya saja, banyak dari pelaku bisnis tersebut yang tidak memiliki rencana yang matang dan akhirnya merugi.

“Banyak juga yang terjun bebas masuk kesini, baru 5 atau 6 bulan berjalan, ya sudah habis [merugi],” ucapnya.

Oleh karena itu, dia berharap, dengan festival semacam ini pelaku usaha juga bisa belajar pengalaman masing-masing dan akhirnya dapat meningkatkan kualitas konsumsi kopi masyarakat.

Dari catatan Coffeeland, dari 60 mitra yang bekerja sama 10% dari membukukan kerugian, 10% masih belum dapat memberikan keuntungan yang maksimal, dan 80% beanr-benar sukses dan dapat bertahan dibidang ini.

Micko menjelaskan, permaslahan utama yang dihadapi owner coffee shop sangat klasik, yakni tidak memiliki rencana yang matang, tidak mempunyai perhitungan mengenai potensi kunjungan tempat usaha, tidak dapat mengelola sumber daya manusia, dan tidak dapat memisahkan keuangan pribadi dan usaha.

Tidak hanya pelaku usaha dan konsumen, Direktur Eksekutif Sustainable Coffee Platform Indonesia (Scopi) Veronica Herlina mengatakan Jacoweek 2018 akan sangat membantu para petani untuk dapat bersemangat menanam.

“Kami berharapnya, dengan mereka ikut Jacoweek mereka nanti pulang kampung, bisa bersemangat untuk menanam, dan bisa tahu besarnya pasar yang mereka miliki,” katanya.

Bercermin dari penyelenggaraan tahun lalu, katanya, petani yang ikut serta mengabarkan bahwa mereka meningkatkan produksinya karena permintaan yang cukup kuat dari mitra yang didapatnya dari Jacoweek.

Hanya saja, katanya, Scopi masih belum memiliki catatan lebih rinci terkait peningkatan produksi atau penjualan pertani tersebut.

Adapun, Veronica memaparkan, dalam satu tahun kerjanya Scopi memberikan pelatijan kepada 84.000 lebih dari total sekitar 2 juta petani kopi seluruh Indonesia.

Source: 1, 2.